Jikaditempuh denganberkendaraan, Cuma 7 menit ddari Alun-alun Kota Malang. Di kompleks ini, disediakan tempat refreshing, yang disebut orang dengan Club House Istana Dieng. Pesona Club House Dieng Mampir di club House Dieng, anda akan mendapatkan suasana refreshing yang lengkap. Di sana juga dilengkapi sarana olahraga yang komplit.
45 Masa Kerja Karakteristik masa kerja petani pemetik kopi di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan dapat dilihat pada tabel Tabel Karakteristik Masa Kerja Pemetik Kopi Di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan Tahun 2015 No Masa Kerja Tahun JumlahJiwa Persentase 1 3-8 8 2 3 4 9-14 15-20 21-26 4 4 1 13,33 13,33 3,33 5 6 27-32 33 9 4 30,00 13,33 Jumlah 30 100,00 Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai masa kerja memetik kopi terbanyak ialah pada kelompok 27-32 tahun sebanyak 9 orang atau 30,00 , sedangkan untuk masa kerja yang terkecil berada pada kelompok 21-26 tahun sebanyak 1 orang. Sikap Kerja Pemetik Kopi Sikap Kerja Posisi Berdiri pada Proses Memetik Kopi Berdasarkan pengamatan selama proses memetik buah kopi, para petani membagi wilayah pemetikan dimana satu orang memetik satu barisan kopi sampai ke ujung barisan. Sehingga apabila sudah habis satu barisan buah kopi dipetik, petani memulai memetik dengan barisan baru lagi. Jumlah barisan pohon kopi berbeda-beda dari ladang satu dengan ladang lainnya tergantung luas ladang tersebut. Pohon kopi diatur sedemikian hingga dengan hitungan jarak per pohon 1x1m agar pohon tidak terlalu berdekatan. Universitas Sumatera Utara 46 Pada saat musim panen kopi tiba, para pemilik ladang kopi meminta bantuan para warga yang sudah biasa di pekerjakan untuk memetik kopi. Dimana para petani pemetik kopi tersebut bekerja dari jam dengan upah kerja Rp per hari. Selama musim panen, sistem pemetikan buah kopi berjalan secara berangsur-angsur dimana pemetikan dilakukan selama seminggu, kemudian diperlukan waktu sela seminggu untuk berhenti memetik buah kopi sehingga petani mulai memetik kembali di minggu berikutnya. Hal ini dikarenakan buah kopi akan matang kembali seminggu kemudian setelah pohon kopi tersebut di petik. Sehingga dalam sekali panen dapat dilakukan proses pemetikan hasil buah kopi sebanyak tiga 3 kali. Namun hal ini tidak dapat dipastikan terjadi di setiap panen, tergantung banyaknya buah kopi yang dihasilkan oleh pohon kopi tersebut. Faktor cuaca menentukan banyak tidaknya buah yang di hasilkan karena pohon kopi akan menghasilkan buah yang banyak di musim penghujan, sedangkan cuaca sekarang ini tidak menentu. Proses memetik buah kopi itu sendiri tidak ada aturan yang mengharuskan dilakukan oleh petani. Namun pemetikan buah haruslah sampai semua bagian buah terpetik agar tidak menghambat pertumbuhan buah selanjutnya. Buah yang dipetik adalah buah kopi yang sudah masak, ditandai dengan warna buah yang sudah merah. Sikap kerja petani pemetik kopi selama bekerja adalah sikap kerja posisi berdiri. Petani memetik buah kopi yang sudah matang dari atas hingga ke bawah pohon. Posisi berdiri petani tersebut berubah-ubah disesuaikan posisi buah yang di petik. Apabila buah yang dipetik sejajar dengan posisi tangan petani maka Universitas Sumatera Utara 47 petani berdiri dengan posisi tegak dengan lengan terangkat. Posisi leher pada saat memetik adalah lurus kedepan dan berputar ke kiri dan kanan mencari buah kopi. Gambar Sikap Kerja Posisi Berdiri Tegak Gambar Posisi Lengan Terangkat ke Atas Universitas Sumatera Utara 48 Kondisi lainnya apabila buah yang di petik berada di atas, maka petani kopi tersebut berdiri dengan posisi tangan dan leher menengadah ke atas. Selain itu posisi lengan atas terangkat ke atas menjauhi tubuh Gambar Proses menengadahan ini berlangsung ± 1 menit untuk satu pohon. Hal ini di sesuaikan dengan tinggi pohon kopi tersebut. Apabila tinggi pohon kopi melebihi tinggi tubuh petani, maka tidak jarang petani melakukan posisi jinjit selama ± 1 menit per pohon Gambar Gambar Sikap Kerja Posisi Leher Menengadah Ke Atas Universitas Sumatera Utara 49 Gambar Sikap Kerja Berdiri Posisi Jinjit Pohon kopi yang di tanam di Dusun Banua ini adalah jenis kopi ateng dan arabika, dimana berdasarkan hasil pengamatan tinggi pohon kopi tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan tinggi rata-rata para petani. Hal ini disuaikan juga dengan umur pohon kopi tersebut. Apabila umur pohon kopi tersebut sudah melebihi umur 10 tahun, maka tinggi pohon kopi tersebut jauh di atas tinggi tubuh petani pada umumnya. Pohon kopi yang sudah berumur lebih dari 10 tahun menghasilkan buah tidak sebanyak pohon kopi yang masih muda. Pertumbuhan pohon kopi tersebut sudah tidak teratur menjulang ke atas. Oleh karena itu petani biasanya menarik ranting pohon kopi dengan satu tangan dan menahannya, sedangkan tangan lainnya memetik buah kopi Gambar Universitas Sumatera Utara 50 Gambar Posisi Tangan Petani Pemetik Kopi Sikap kerja posisi berdiri lainnya yang di lakukan petani pemetik kopi adalah berdiri dengan posisi membungkuk dan memiringkan badan pada saat mengambil buah kopi yang berada di bagian bawah. Posisi buah kopi yang berada di bawah dimana tidak sejajar dengan posisi tangan petani ketika berdiri. Hal ini mengharuskan petani mengambil posisi membungkuk. Dimana posisi batang tubuh membungkuk, leher menekuk ke bawah berputar kiri kanan dan lengan tangan menjulur ke bawah mencari buah kopi Gambar dan Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata petani melakukan posisi membungkuk tersebut memakan waktu ± 2 menit sehingga apabila dijumlahkan selama memetik buah kopi dalam satu pohon petani menghabiskan waktu ± 4 menit. Universitas Sumatera Utara 51 Gambar Sikap Kerja Berdiri Posisi Membungkuk Gambar Sikap Kerja Berdiri Posisi Memi ringkan Badan Universitas Sumatera Utara 52 Sikap kerja petani untuk memetik buah kopi yang berada di bawah adalah sikap kerja posisi jongkok sambil mengitari pohon kopi tersebut Gambar Posisi jongkok ini bertahan ± 1 menit. Gambar Sikap kerja posisi jongkok Sikap Kerja Posisi Berdiri Pada Proses Pengangkatan Hasil Pemetikan Kopi Selama melakukan kegiatan memetik buah kopi, para petani membawa ember masing-masing untuk menampung buah kopi. Ember tersebut dibawa dengan satu tangan selama proses memetik buah kopi sehingga berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Apabila ember tersebut sudah penuh maka buah tersebut di satukan ke dalam karung goni yang biasanya diletakkan di pinggir ladang kopi tersebut. Universitas Sumatera Utara 53 Ember yang digunakan bervariasi bentuk dan ukuran. Ada yang menggunakan ember hitam berukuran 5 kg dan ada yang menggunakan ember besar bekas cat dinding. Ember tersebut bermuatan 5 kg apabila terisi penuh dan petani mampu memperoleh hasil memetik kopi sebanyak 3 ember selama sehari. Sehingga rata-rata dalam satu hari masing-masing petani mampu memperoleh hasil petikan kopi sebanyak 10-15 kg per orang. Gambar Hasil Petik Buah Kopi Yang Belum Terisi Penuh Gambar Sikap kerja mengangkat hasil buah kopi Universitas Sumatera Utara 54 Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemetik Kopi
Sementaradi Papua Barat, proses modernisasi memaksa para anggota masyarakat adat yang kehidupan awalnya adalah sebagai pemburu-peramu (sebagiannya malah masih masyarakat pemetik) ditransformasikan ke dalam kerja-kerja pabrikan di tambang-tambang pengolahan mineral setelah ruang hidup mereka dipersempit, hidup mereka yang dekat dengan alam Palembang - Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, etnis hingga suku yang berbeda-beda. Luas wilayah tersebut dihuni dengan jumlah populasi penduduk yang cukup besar, yaitu mencapai jiwa per tahun di Sumatera Selatan merupakan bagian dari masyarakat Sumatera Selatan, atau yang yang terkenal dengan Kerajaan yang terkenal dengan Jembatan Ampera ini memiliki beberapa suku yang hingga kini masih bertahan keberadaannya. Serta masih hidup dengan tradisi dan adat istiadat masing - masing, namun tetap berdampingan dengan suku lainnya. Suku yang ada di provinsi Sumatera Selatan juga banyak seperti, Suku Melayu Palembang, Suku Melayu Komering, Suku Melayu Semendo, Suku Melayu Empat Lawang, Suku Melayu Musi, Suku Melayu Banyuasin, Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Tionghoa, Suku Minangkabau dan masih banyak suku ini beberapa suku di Sumatera Selatan yang sudah dirangkum detikSumbagsel dari berbagai sumberSuku KomeringSuku di Sumatera Selatan yang pertama yakni Suku Komering, suku ini berada di sepanjang aliran Sungai Komering. Suku ini pun cukup luas hingga merambat ke provinsi Lampung. Suku Komering terbagi atas beberapa marga di antaranya marga Paku Sengkunyit, Sosoh Buay Rayap, Buay Pemuka Peliung, Buay Madang, dan Purnamasari 2021, nama suku Komering itu diangkat dari nama Way atau disebut juga sebagai Sungai yang ada di Sumatera Selatan di mana sungai tersebut menunjukkan daerah kekuasaan menurut hikayat masyarakat Komering, Suku Komering dan Suku Batak dikisahkan masih bersaudara. Namun, konon kakak adik datang dari negeri seberang di mana setelah sampai di Sumatera mereka pun berpisah, sang kakak pergi ke Selatan dan sang adik ke Utara menjadi puyang Suku ini memiliki beberapa marga seperti, marga Sosoh Buay Rayap, Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan Suku GumaiSuku di Sumatera Selatan berikutnya yakni suku Gumai. Suku ini berada di wilayah Kabupaten Lahat. Suku Gumai awalnya merupakan satu marga dengan marga Gumai Lembak, marga Gumai Ulu dan marga Gumai sekarang suku ini telah terpisah di beberapa wilayah, seperti wilayah Gumai Lembak dan Gumai Ulu menjadi bagian dari Kecamatan Pulau Pinang sedangkan Gumai Talang menjadi bagian dari Kecamatan Kota Suku KayuagungSuku yang ada di Sumatera Selatan berikutnya adalah Suku Kayu Agung. Suku ini berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Suku Kayu Agung ini mayoritas beragama Islam, namun tetap mempertahankan kepercayaan dari roh nenek ini percaya bahwa sebelum jenazah dikubur mereka harus dimandikan dengan kembang agar arwah tersebut lupa jalan balik ke rumahnya. Karena suku Kayu Agung percaya bahwa roh-roh dari nenek moyang dapat mengganggu sendiri terdiri dari atas dua dialek yaitu dialek Kayu Agung dan dialek Ogan. Kosakata bahasa ini mempunyai kemiripan dan beberapa persamaan dengan bahasa Melayu Palembang. Logat dari bahasa ini memiliki kemiripan dengan logat Suku SemendoSuku Semendo atau Suku Semendejuga menjadi salah satu suku di Sumatera Selatan, suku ini mendiami Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Sumendo ini memiliki dua sub suku atau marga/klan/kaum yakni Semende Darat dan Semende Lembak. Semende Darat bertempat tinggal di Pulau Panggung, dan Muara Enim. Sedangkan, Semendo Lembak tinggal di Kecamatan Pulau Beringin, Sungai Are, Sindang Danau, dan kecamatan Mekakau Ilir di Kabupaten Ogan Komering Ulu suku Semendo masih keturunan dari suku Banten yang pada beberapa abad lalu merantau ke pulau Sumatera. Kemudian menetap di daerah Semendo dan menjadi petani. Masyarakat suku Semendo ini berbicara dalam bahasa Semendo, yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Suku Melayu LintangBerikutnya ada Suku Melayu Lintang yang berada di kawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan. Wilayahnya diapit oleh suku Pasemah dan Rejang. Suku ini tinggal di tepian Sungai Melayu Lintang juga hidup dari bercocok tanam yang menghasilkan kopi, beras, kemiri, karet dan sayur-sayuran. Tidak hanya itu, Suku Melayu Lintang juga berternak kambing, kerbau, ayam, itik, bebek, dan lain lain. Bahasa yang digunakan yakni Bahasa Melayu Barisan Suku SekayuSuku juga termasuk salah satu suku di Sumatera Selatan. Suku Sekayu tinggal di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Suku Sekayu gemar mendirikan rumah-rumah yang langsung berhubungan dengan Sungai Musi. Suku ini tidak begitu menyukai perpindahan tempat yang jauh layaknya suku Jawa atau ini mayoritas penduduknya yakni petani. Hasil pertaniannya adalah padi, singkong, ubi, jagung, kacang tanah dan kedelai. Selain itu, Suku Sekayu menghasilkan perkebunan yang menonjol yakni karet, cengkeh dan Suku RawasSuku di Sumatera Selatan berikutnya terletak di wilayah aliran Sungai Rawas dan Sungai Musi bagian utara tepatnya di Kabupaten Musi Rawas Utara Muratara. Suku ini memiliki populasi sebanyak + ini berada di pinggir sungai dengan mayoritas penduduk sebagai petani atau perkebunan. Sebagiannya lagi bekerja sebagai pengayam barang-barang dari rotan dan pandan, tukang kayu, pedagang kecil dan sebagainya. Bahasa yang digunakan suku Rawas masih tergolong ke dalam rumpun Suku OganSuku Ogan merupakan salah satu suku di Sumatera Selatan. Suku ini ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir. Suku Ogan mendiami tempat di sepanjang aliran Sungai Ogan dari Baturaja sampai ke suku Ogan biasanya disebut orang Pagagan. Pegagan juga terkenal dengan nama pindang yang khas dan terkenal di Suku PasemahSuku Pasemah merupakan suku di Sumatera Selatan. Suku ini juga biasa disebut dengan Suku Basemah, Pasemah, Besemah. Suku ini mendiami Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan sekitar kawasan gunung Dempo. Suku ini tersebar di bukit Barisan khususnya di lereng-lereng. Suku Pasemah ini menurut sejarahnya berasal dari keturunan Raja Darmawijaya Majapahit.10. Suku BanyuasinSuku di Sumatera Selatan berikutnya yakni Suku Banyuasin. Suku yang tinggal di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu di Kecamatan Babat Toman, Banyu Lincir dan Banyuasin 2 dan 3. Umumnya suku ini tinggal di dataran rendah yang diselingi rawa atau berada di daerah aliran sungai. Konon, suku ini masih percaya terhadap hal-hal takhayul, tempat keramat, benda-benda berkekuatan gaib, dan yang berbau Suku PalembangSuku Palembang merupakan suku paling terkenal di Sumatera Selatan. Suku ini pun terbagi dua kelompok yaitu kelompok wong jero yang merupakan keturunan para bangsawan atau sedikit lebih rendah dari orang-orang istana kerajaan tempo dulu. Selanjutnya kelompok wong jabo yang merupakan rakyat Palembang menurut keturunan raja berasal dari hasil asimilasi bangsa Arab, China, Jawa, dan berbagai suku yang Indonesia. Suku Palembang sendiri memiliki dua ragam bahasa yaitu Baso bahasa Palembang Alus dan Baso Palembang sehari-hari. Perihal rumah adat, suku ini mendirikan rumah di atas air atau biasa disebut dengan rumah sakit. Rumah yang paling khas dari suku ini bernama rumah itulah beberapa suku di Sumatera Selatan yang bisa kamu jadikan referensi dalam memperkaya pengetahuan tentang suku-suku di Indonesia. Simak Video "Ramalan dengan 100 Batang Bambu, Palembang" [GambasVideo 20detik] des/fds .